Review Buku : A untuk Amanda

 

 https://www.goodreads.com/book/show/29364847-a-untuk-amanda
                            

Reviewer       : Aulia Syarifatul Husna

Judul              : A untuk Amanda

Penulis           : Annisa Ihsani

Penerbit         : PT Gramedia Pustaka Utama

Tebal buku    : 264 hlm, 20 cm

Tahun terbit   : Jakarta, 2016 

ISBN              : 978-605-03-2631-3


Sinopsis

Amanda punya satu masalah kecil: dia yakin bahwa dia tidak sepandai kesan yang ditampilkannya. Rapor yang semua berisi nilai A, dia yakini karena keberuntungan berpihak padanya. Tampaknya para guru hanya menanyakan pertanyaan yang kebetulan dia tahu jawabannya.

Namun tentunya, tidak mungkin ada orang yang bisa beruntung setiap saat, kan?

Setelah dipikir-pikir, sepertinya bukan masalah kecil. Apalagi mengingat hidupnya diisi dengan serangkaian perjanjian psikoterapi. Ketika pulang dengan antidepresan, Amanda tahu masalahnya lebih pelik daripada yang siap diakuinya.

Di tengah kerumitan dengan pacar, keluarga, dan sekolahnya, Amanda harus menerima bahwa dia tidak bisa mendapatkan nilai A untuk segalanya.

----------

Halo, Sobat KiRa, apa kabar? Semoga selalu sehat yaa ...

Kebetulan Mintera punya sebuah rekomendasi buku yang sangat cocok untuk Sobat KiRa ketika ada waktu luang. Sobat KiRa bisa membeli buku ini di toko buku baik offline maupun online, dan bisa juga baca di aplikasi Ipusnas, seperti Mintera. Ada banyak jenis buku yang bisa dipinjam di Ipusnas. Cara daftarnya juga sangat mudah. Dengan mendaftar menggunakan akun facebook atau email, Sobat KiRa sudah bisa meminjam buku manapun. Namun, jika Sobat KiRa ingin membaca buku ini, maka harus bersabar karena stok sangat terbatas dan Sobat KiRa harus mengantri untuk meminjamnya.  

Okay, kembali ke pembahasan!

Judul bukunya adalah A untuk Amanda karya Annisa Ihsani, sebuah buku fiksi yang memiliki cerita sangat mirip dan mudah ditemukan dalam kehidupan nyata.

A untuk Amanda bukanlah buku dengan cerita percintaan romantis seperti gadis biasa yang disukai seorang pria tampan yang memiliki segalanya. Buku ini memiliki pesan lebih dari itu. Cerita Amanda mampu membuat pembacanya bisa merasakan apa yang sedang dirasakan dan dipikirkan Amanda. Singkatnya ada banyak sekali pesan yang disampaikan oleh penulis melalui buku ini.

Cerita Amanda memiliki alur campuran. Bagian prolog menceritakan masa kini, kemudian dilanjutkan dengan cerita masa lampau dan masa kini kembali.

----------

Pada bagian prolog, cerita diawali dengan Amanda yang berada di ruang kerja Dokter Eli. Amanda dinyatakan menderita depresi setelah mengisi puluhan formulir berjudul Depression Checklist. Amanda tidak menyangka bahwa ia depresi karena selama ini ia adalah gadis SMA baik-baik yang tidak pernah merokok, meminum, alkohol, memiliki tato, atau suka berbuat kejahatan. Kehidupannya berjalan nyaris sempurna. 

Ia bersekolah di SMA swasta terbaik dan kedua termahal di kotanya, ia mendapatkan nilai A di seluruh mata pelajarannya pada semester 1 dan 2. Dia juga selalu bisa menjawab pertanyaan guru-guru di sekolahnya dengan benar. Memiliki ibu yang baik, tidur di rumah yang nyaman, dan tidak pernah kekurangan uang. Dirinya juga memiliki teman dekat sekaligus pacar yang sangat baik yaitu Tommy, dan ia pun tidak pernah memiliki perasaan untuk melukai dirinya sendiri atau mencoba bunuh diri. 

Cerita memasuki bab pertama, di mana pada Bab 1 hingga Bab 8 ini menceritakan kondisi Amanda sebelum mengalami depresi. Amanda berangkat sekolah seperti biasa, berteman dengan Tommy yang kemudian menjadi pacarnya, dan mengerjakan tugas dengan baik. Amanda juga memasuki klub komputer yang sangat terkenal dengan anak-anak pintar di dalamnya.

Gejala depresi yang menyerangnya dimulai pada Bab 9. Amanda merasa sangat bodoh di klub komputer dan ia juga merasa kecewa karena tidak mengerjakan tugasnya dengan maksimal tetapi mendapatkan nilai A. Saat itulah Amanda mulai berpikir, mungkin Pak Anton memberinya nilai A karena hanya dia yang mengumpulkan, atau karena Amanda adalah murid yang pintar, dan oleh karena itu Pak Anton tidak membaca tugasnya dan hanya asal menilai. Ia juga membuat kesalahan dalam menjawab pertanyaan Pak Rahmad di kelas Ekonomi yang membuatnya tidak lagi berani mengangkat tangan untuk menjawab.

Gejala depresi lain yang mulai mengganggunya adalah Amanda terkena serangan panik ketika akan presentasi di kelas padahal sebelumnya ia tidak pernah mengalami hal itu. Ia takut ada yang salah pada slide presentasinya atau ia akan mengatakan hal yang salah. Setelah presentasi pula ia merasa mual dan akhirnya muntah.

Pada bab 11 gejala depresi Amanda semakin parah. Ia mendapat nilai B minus pada tugas sosiologinya. Amanda juga selalu muntah ketika memikirkan tentang PR, esai, dan ujian. Ia mulai kehilangan minat dan mimpi-mimpinya. Bangun tidurnya di pagi hari tidak seperti biasanya, ia merasa hampa dan kosong. Amanda tidak lagi memiliki semangat atau keinginan untuk melakukan sesuatu, bahkan untuk bersekolah, karena ia takut suatu saat guru-guru akan mengetahui bahwa ia adalah pembohong besar.

Pada bab 19 akhirnya Amanda meminta bantuan ibunya untuk mencari seorang psikolog atau psikiater, dan oleh karena itulah Amanda berada di ruang Dokter Eli, seorang psikiater yang juga menangani tetangganya. Dokter Eli memberikan konseling dan terapi yang sangat baik kepada Amanda sebelum akhirnya memberikan Amanda sebuah obat antidepresan bernama Zoloft. Terapi yang diberikan Dokter Eli yaitu menyuruhnya menuliskan respon positif ketika pikiran negatif menyerangnya, membuat prediksi kesenangan dan kenyataannya, hingga menyuruh Amanda melakukan merajut yang ternyata sama sekali tidak berefek pada Amanda.

Sebenarnya masalah Amanda tidak hanya itu. Setelah mengonsumsi Zoloft, hubungan Amanda dan Tommy malah kandas, karena Tommy menganggap bahwa Amanda telah membohonginya. Ia tidak percaya Amanda mengalami depresi, dan ia percaya bahwa obat antidepresan hanyalah trik industri psikofirmakologi untuk meraup uang.

Sampai akhir cerita pun, Amanda masih mengonsumsi obat antidepresan Zoloft tersebut. Namun, pada suatu pagi ia merasa bahwa ia baru menyadari sesuatu yang amat penting. Bahwa ia akan tetap hidup meskipun tidak menjadi lulusan terbaik di SMAnya. Ia akan tetap hidup meskipun telat masuk ke perguruan tinggi. Dirinya sadar bahwa tidak ada seorangpun yang bisa membuatnya merasa berharga, karena perasaan berharga ditentukan oleh dirinya sendiri. Dan yang tidak kalah penting, ia menjadi sadar akan keberadaan sel-sel tubuh yang membantunya untuk terus hidup. Amanda merasa utuh, bukan karena mendapat nilai A atau karena pernah memiliki pacar seperti Tommy, melainkan ia merasa utuh karena ia merasakannya.

Hal yang membuat Mintera merasa kagum pada buku ini, adalah pesan yang disampaikan penulis melalui Dokter Eli atau Amanda sendiri. Di antaranya, yaitu :

  1. Jangan membuat standar ganda untuk diri sendiri. Bila kamu merasa tidak masalah jika orang lain mendapatkan nilai B pada pelajarannya karena mungkin mereka mendapatkan A di pelajaran lainnya, maka seharusnya juga tidak menjadi masalah ketika kamu mendapatkan nilai yang tidak sesuai keinginanmu.

  2. Depresi bisa menyerang siapa saja dan di umur berapa saja. Depresi bukan hanya menyerang orang-orang yang hidupnya penuh masalah atau mengalami trauma, tetapi bisa menyerang pada orang yang hampir sempurna hidupnya seperti Amanda.

  3. Jangan pernah menganggap psikolog atau psikiater hanya berusaha meraup keuntungan. Penyakit mental itu sama dengan penyakit fisik yang harus diobati. Jangan pernah menganggapnya remeh.

  4. Jangan pernah mengatakan pada orang yang memiliki penyakit mental bahwa mereka seharusnya banyak bersyukur, banyak beribadah, jangan egois, atau bahkan mengatakan kepada mereka bahwa mereka hanya berusaha mencari perhatian. Tidak ada orang yang ingin sakit, oleh karena itu, jika tidak ada hal baik yang bisa dikatakan, maka sebaiknya diam. Itu lebih baik.


Penulis : Aulia Syarifatul Husna

Posting Komentar

0 Komentar