Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Setiap sukunya memiliki hasil kebudayaan yang berbeda-beda. Salah satu hasil dari kebudayaan tersebut adalah karya sastra. Melalui karya sastra, misalnya dongeng dan cerita rakyat, nenek moyang kita mengajarkan banyak hal tentang kehidupan.
Pengajaran-pengajaran tersebut berupa penghormatan kepada Tuhan yang Maha Esa, adat istiadat, keharusan berbuat kebaikan dan penghargaan kepada alam. Pelajaran yang disampaikan melalui cerita rakyat dan dongeng tersebut disampaikan dengan cara yang menarik, sehingga membuat pendengarnya merasa terhibur.
Tahukah Sahabat KiRa, kalau dongeng yang disampaikan nenek moyang kita termasuk dalam kategori prosa dalam sastra Indonesia lama? Baca artikel ini sampai selesai, ya!
Sastra Indonesia lama
Perkembangan sastra di Indonesia seiring dengan perkembangan zaman. Sabaruddin Ahmad (1921-2007), guru besar bahasa dan sastra Indonesia, membagi periodesasi perkembangan sastra Indonesia menjadi kesusastraan lama (dinamisme, hinduisme, dan islamisme) dan kesusastraan baru (masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi, masa Balai Pustaka, masa Pujangga Baru, dan masa Angkatan ’45).
Sastra Indonesia lama merupakan karya sastra yang dihasilkan sebelum tahun 1920. Karya sastra pada masa ini memiliki ciri-ciri: menggunakan bahasa daerah (misalnya: bahasa Melayu, Sunda, dan Jawa), istana sentris, bercerita tentang dewa-dewa atau raksasa, dan mengandung unsur keagamaan yang kuat. Adapun bentuk karya sastranya berupa prosa dan puisi.
Karya sastra lama berupa prosa
Berbeda dengan puisi, prosa merupakan karya sastra yang tidak terikat oleh aturan-aturan khusus, seperti rima dan jumlah bait tertentu. Prosa dipaparkan dengan lebih bebas dengan tetap memperhatikan gramatika bahasa yang digunakan. Dalam karya sastra lama, prosa menggambarkan kehidupan masyarakat pada zaman dahulu sebelum memiliki rasa kesadaran nasional.
Prosa lama dibagi menjadi beberapa jenis, di antaranya adalah dongeng, hikayat, cerita berbingkai, dan tambo. Berikut adalah penjelasan dari empat ragam prosa yang telah disebutkan.
1. Dongeng
Dongeng atau cerita ajaib adalah bentuk karya sastra lama berupa cerita khayalan atau cerita di luar nalar yang tidak benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan berulang-ulang oleh orang, terutama kepada anak-anak. Umumnya, dongeng bersifat menghibur dan mengandung nilai-nilai pendidikan.
Keberadaan dongeng perlu kita jaga sebagai warisan turun-temurun dari nenek moyang kita, meskipun kebenaran cerita di dalam dongeng perlu dipertanyakan kembali. Dongeng banyak dimanfaatkan orang tua untuk membangun karakter anak dan belajar berimajinasi. Contoh dongeng adalah Kisah Kancil dan Kura-Kura, Nyi Bungsu Rarang (dongeng dari Sunda), dan Walang Cantung (dongeng dari Jawa).
2. Hikayat
Kata hikayat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti kisah, cerita, riwayat, atau dongeng. Dalam sastra Melayu Lama, hikayat diartikan sebagai cerita rekaan berbentuk prosa panjang yang menceritakan tentang kehebatan orang ternama lengkap dengan keanehan, kesaktian, serta mukjizatnya.
Sama seperti dongeng, hikayat merupakan cerita rekaan yang sulit diterima oleh akal, tetapi memiliki pesan dan amanat untuk pembacanya. Di antara ciri-ciri hikayat adalah berisi kisah kehidupan lingkungan istana, ditemukan tokoh dengan karakter di luar kewajaran karakter manusia pada umumnya, dan tidak ada pembagian bab atau judul. Contoh hikayat adalah Hikayat Mashudulhakk.
3. Cerita Berbingkai
Cerita berbingkai, disebut juga clock stories, adalah cerita yang di dalamnya terdapat pula cerita yang diceritakan para pelakunya. Biasanya, seorang tokoh atau lebih bercerita dan giliran tokoh dalam cerita itu bercerita pula. Cerita berbingkai berasal dari India. Jika kamu pernah membaca Hikayat Kalilah dan Dimnah, kamu akan tahu bagaimana gambaran cerita berbingkai ini.
Cerita berbingkai memiliki struktur yang terbagi menjadi dua, yaitu pokok cerita dan cerita-cerita sisipan. Cerita jenis ini berciri-ciri kaya dengan nilai-nilai moral yang tinggi dan mengandung unsur pengajaran dan pendidikan.
4. Tambo (Sejarah)
Tambo, berasal dari Minangkabau, adalah karya sastra lama yang berisi cerita sejarah yang bercampur dengan cerita legenda atau mite, sehingga banyak cerita tersebut yang tidak tercerna oleh pikiran kita. Dalam tambo, peristiwa sejarah diceritakan menurut kemauan dan pandangan hidup dari pengarang.
Tambo, disebut juga tarambo, memiliki arti sejarah, hikayat, atau riwayat. Dalam tradisi Minangkabau, naskah tambo biasanya ditulis dengan huruf Jawi (huruf Arab-Melayu) dan sebagian kecilnya ditulis dengan huruf latin. Yang termasuk dalam jenis karya sastra ini adalah Hikayat Raja-Raja Pasai.
Itu dia sedikit penjelasan dari Mintera mengenai ragam prosa dalam karya sastra Indonesia lama. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan Sobat KiRa tentang khazanah kesusastraan Indonesia, ya.
Sumber:
- Kusinwati, Mengenal Karya Sastra Lama Indonesia (Semarang: Alprin, 2009)
- https://balaibahasajateng.kemdikbud.go.id/2011/11/penggolongan-sastra-indonesia-lama-berdasarkan-pengaruh-budaya/
- https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-sastra/
- https://www.ruangguru.com/blog/karakteristik-karya-sastra-indonesia-tiap-angkatan
- https://www.gramedia.com/literasi/apa-itu-dongeng/
- https://www.gurusiana.id/read/yessyhasni.com/article/tambo-sejarah-4436313
Penulis: Deva Yohana
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung, Sobat Kira! Gunakan bahasa yang baik dan bijaklah dalam berkomentar.
Yuk, kirim tulisan kamu ke blog Kita Literasi!