Sobat Kira, apakah kamu masih ingat tanggal 12 November kemarin diperingati sebagai hari apa? Yup, setiap tanggal 12 November kita memperingati Hari Ayah Nasional. Bagaimana gambaran sosok ayah dalam benakmu? Kalau menurut Mintera, ayah adalah seorang manusia hebat dan kuat yang selalu berbuat yang terbaik untuk anaknya.
Nah, mumpung bulan November belum habis dan masih dalam suasana peringatan Hari Ayah Nasional, kali ini Mintera akan me-review sebuah novel yang berkisah mengenai dinamika hubungan anak dan ayah yang berjudul Seribu Wajah Ayah karya Nurun Ala. Yuk, simak uraiannya berikut ini.
Informasi tentang buku
Judul buku : Seribu Wajah Ayah
Penulis : Nurun Ala
Penerbit : Grasindo
Tahun Terbit : Maret 2020
Jumlah halaman : 144
ISBN : 9786020522678
FYI, keunikan dari novel ini adalah penggunaan sudut pandang orang kedua tunggal informal (kamu), sehingga ketika Sobat Kira membacanya, seolah-olah yang menjadi tokoh “anak” adalah kamu sendiri. Alur yang digunakan adalah alur mundur, di mana awal mula cerita dimulai dari rasa kehilangan sang anak terhadap ayahnya.
Seorang anak yang dibesarkan tanpa sosok ibu
Sudah berjalan beberapa tahun pernikahan pasangan guru SD itu. Namun, mereka tetap saja belum dikaruniai anak. Berbagai usaha telah mereka lakukan, tetapi masih menemui kegagalan. Hingga akhirnya, pada tahun kelima pernikahan mereka, kabar menggembirakan itu datang bagaikan mendapatkan hadiah yang tidak ternilai harganya.
Sembilan bulan berjalan, proses persalinan itu pun tiba. Sayangnya, sang ibu tidak bisa diselamatkan. Bayi laki-laki itu lahir tanpa pernah melihat wajah ibunya secara langsung. Sang ayah pun dengan keterbatasan ekonominya berperan ganda untuk melengkapi ketiadaan peran sang ibu.
Tentang rindu yang tak terungkap
Cerita dalam novel ini berawal dari berita yang tak terduga. Sang ayah dikabarkan meninggal dunia. Sedihnya, sang anak tidak berada di sisinya saat ajal tiba. Tentu, ini merupakan pukulan yang sangat berat bagi sang anak.
Hingga ia menemukan sebuah album foto yang disimpan di kamar ayahnya. Total terdapat 10 foto dokumentasi kebersamaan mereka dengan setiap foto memiliki ceritanya tersendiri.
Foto-foto tersebut menunjukkan tentang dinamika hubungan anak dan ayah yang tidak selamanya berjalan mulus. Ketika sang anak masih kecil, hubungan mereka tampak baik-baik saja tanpa adanya masalah yang berarti.
Menginjak masa dewasa, sang anak mulai mengenal dunia di luar dari dirinya dan ayahnya. Ia mulai menikmati kesenangan bermain dengan teman sebayanya hingga pada suatu ketika ia memutuskan hidup merantau untuk berkuliah.
Dari sini kerenggangan pun mulai terjadi. Sang ayah tidak ingin mengganggu kegiatan belajar anaknya, padahal dalam hati ia sangat merindukannya. Yang lebih menyakitkan adalah sang anak tampak tak peduli dengan itu.
Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan tokoh Ayah meninggal? Sobat Kira bisa mengetahui cerita selengkapnya dengan membaca novelnya secara langsung, ya. Mintera nggak mau spoiler!
Kabar gembiranya, novel ini tersedia juga di iPusnas. Akan tetapi, kamu patut bersabar karena antrean novel ini di aplikasi tersebut mencapai 5.000-an orang. Untuk menyiasati hal itu, kamu bisa membelinya di toko buku terdekat. Selamat membaca!
Penulis: Deva Yohana
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung, Sobat Kira! Gunakan bahasa yang baik dan bijaklah dalam berkomentar.
Yuk, kirim tulisan kamu ke blog Kita Literasi!