Judul : Tarian Bumi
Penulis : Oka Rusmini
Desain Cover : Fandy Dwimarjaya
Setting : Ryan Pradana
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2017
ISBN : 978-602-03-3915-3
Tebal : 183 halaman
Novel “Tarian Bumi” diceritakan melalui sudut pandang orang ketiga dengan alur maju mundur. Selain itu, novel “Tarian Bumi” didominasi oleh kehidupan tiga perempuan beda generasi yaitu Ida Ayu Telaga Pidada, Ni Luh Sekar, dan Ida Ayu Sagra Pidada.
Novel ini menceritakan tentang Ida Ayu Telaga Pidada yang merupakan seorang Brahmana, kasta tertinggi dalam struktur masyarakat Bali. Ia merupakan anak hasil perkawinan Ida Bagus Ngurah Pidada, lelaki Brahmana dengan Ni Luh Sekar, perempuan Sudra, kasta terendah dalam struktur masyarakat Bali. Perkawinan keduanya sangat ditentang oleh Ida Ayu Sagra Pidada, ibu sang mempelai laki-laki, seorang putri Brahmana yang sangat menjaga kebangsawanannya.
Nenek Telaga selalu memberikan petuah-petuah kebangsawanan kepadanya. Di sisi lain, ibunya menuntut Telaga agar tetap meneruskan mimpi-mimpinya yaitu menjadi perempuan tercantik, penari terbaik, dan menikah dengan laki-laki Brahmana untuk mengangkat derajat Telaga. Hal inilah yang membuat Telaga bingung harus menurut pada siapa.
Kebahagiaan itu sulit digambarkan. Juga tidak bisa diucapkan. Kadang-kadang sesuatu yang tidak bernilai bisa membuat kita tentram, lalu beberapa detik kemudian terenggut lagi.
— (hal 170)
Pemicu konflik perempuan Bali biasanya karena masyarakat di sana selalu menilai segala sesuatu berdasarkan kasta. Di novel ini, konflik yang paling menonjol adalah pernikahan. Mereka diwajibkan memilih pasangan hidup yang sederajat. Apabila itu dilanggar, maka pihak perempuanlah yang paling dirugikan. Mereka harus hidup jauh dari keluarga kandungnya, tapi tidak dihargai oleh keluarga barunya.
Selain perihal pernikahan, perilaku kaum laki-laki juga tak kalah buruknya bagi perempuan. Penulis terkesan menjatuhkan kaum laki-laki karena hampir seluruh tokoh laki-laki dalam novel ini memiliki sifat yang tidak bertanggung jawab. Mereka selalu melihat perempuan dari lekuk tubuhnya agar bisa memuaskan nafsu mereka. Bahkan, kaum laki-laki sengaja menikahi perempuan yang mandiri dan dapat menghasilkan uang sendiri agar bisa santai.
Pada novel ini, penulis juga tak segan-segan menyampaikan kritik terhadap pemerintah. Kritik ini disampaikan melalui cerita seorang penari terbaik yang telah mendedikasikan hidupnya pada kesenian Bali. Dia juga telah mendapat banyak penghargaan, tetapi tak pernah mendapat kesejahteraan hidup hingga akhir hayatnya. Hal ini dikarenakan pengetahuan dan pengalamannya perihal kesenian Bali hanya dijadikan bahan suatu konten tanpa mendapatkan imbalan apa pun.
Selain konfliknya yang menarik, cara Oka Rusmini bercerita juga asyik, jelas, dan padat. Perpindahan tokoh juga terbilang cepat dan terkesan melompat-lompat. Gaya bahasa yang digunakan lugas, tajam, dan kadang terkesan halus nan puitis. Akan tetapi, novel ini juga terkesan tergesa-gesa karena hanya terdiri dari 183 halaman―terlalu tipis untuk menceritakan semua tentang Bali. Saya merekomendasikan novel ini bagi kalian yang ingin mengetahui lebih lanjut kehidupan masyarakat Bali. Akan tetapi, karena novel ini mengandung unsur dewasa, maka saya sarankan hanya untuk usia 18+.
Penulis: Dinar Dewi Pramesthi
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung, Sobat Kira! Gunakan bahasa yang baik dan bijaklah dalam berkomentar.
Yuk, kirim tulisan kamu ke blog Kita Literasi!