
Halo, Sobat KiRa! Kali ini Mintera kembali dengan memperkenalkan dan membahas buku “The Myth of Sisyphus” dari Albert Camus. Buku yang berkontribusi dalam munculnya filsafat Absurdisme.
Identitas Buku
Judul : The Myth of Sisyphus (dalam bahasa Inggris)
Judul Asli : Le Mythe de Sisyphe (dalam bahasa Prancis)
Tahun Terbit : 1955
Pengarang :Albert Camus
Penerjemah : Justin O’brien
Tebal buku : 120 Halaman
Tentang Penulis
Albert Camus merupakan seorang filsuf, Penulis dan jurnalis dari Prancis. Ia belajar filsafat saat menempuh pendidikan di Universitas Aljazair dan berhasil mendapatkan gelar sarjananya pada tahun 1935. Selama berkuliah, Camus menjadi pendukung komunis untuk memperjuangkan kesetaraan antara warga eropa dan warga asli Nigeria.
Pada tahun 1957, Camus menerima Hadiah Nobel untuk kategori sastra di umur 44 tahun dan menjadi Penerima termuda dalam sejarah. KArya karyanya dianggap paling berkontribusi dalam munculnya aliran atau paham baru dalam filsafat, Selain The Myth of Sisyphus, karya albert lainnya yaitu The Stranger, The Plague, The Fall, and The Rebel.
Isi Buku
Dalam bukunya, Camus mengungkapkan bahwa hidup manusia itu sia-sia atau absurd. Ia menggambarkan pemikirannya menggunakan legenda Yunani Sisyphus. Sisyphus merupakan raja yang dihukum oleh para dewa karena kelicikannya dan kecintaannya pada kehidupan.
Hukuman yang diperoleh Sisyphus yaitu mendorong sebuah batu besar hingga sampai ke atas (puncak) gunung. Namun, batu yang ia dorong selalu jatuh ke bawah sehingga ia harus terus mengulanginya hingga akhir hidupnya. Rutinitas yang sia-sia.
Menurut Camus, Hukuman yang dilakukan Sisyphus mirip dengan rutinitas kehidupan manusia, yakni berulang-ulang dan sia-sia. Meskipun hidup itu sia-sia, Ia sangat menentang keras bunuh diri sebagai solusinya. Ia justru menganjurkan manusia untuk memberontak melawan kehidupan yang absurd dengan penerimaan, yakni menjadikan keabsurdan bagian dari kehidupan.
Camus selalu membayangkan bahwa Sisyphus bahagia atas pekerjaannya yang sia-sia tersebut. Sikap pantang menyerah dan putus asa dari Sisyphus menunjukkan penerimaannya sehingga ia bisa membetahkan diri lebih lama di dunia yang absurd. Dengan penerimaan, Camus dapat melihat bagian terbaiknya darinya, yaitu semuanya baik-baik saja. Sisyphus tetap bisa hidup di dunia.
Kesimpulan
Dari Buku The Myth of Sisyphus, Mintera belajar dari Sisyphus bahwa kita tidak boleh menyerah ataupun putus asa dalam menghadapi hidup yang absurd. Seburuk, sesulit, dan se-absurd apapun situasinya, jangan pernah sekalipun berpikir bunuh diri sebagai solusinya.
Mari kita bayangkan seperti cara Camus membayangkan Sisyphus, yakni kita bahagia. Karena secara sadar kita telah menerima keabsurdan menjadi bagian dari hidup kita, kita juga harus berusaha menjalaninya dengan bahagia.
Bagaimana perasaan Sobat KiRa setelah membaca blog Mintera ini? Hidup ini memang penuh kejutan, tak dapat diprediksi dan terkadang terasa tak berarti. Namun, seperti yang disarankan Camus, kita coba untuk menerimanya sebagai bagian dari kehidupan. Dengan membayangkan bahwa kita bahagia, kita akan dapat menyimpulkan nantinya bahwa semuanya baik-baik saja.
Semoga blog Mintera dapat mudah untuk dipahami dan bermanfaat untuk Sobat KiRa. Sampai Jumpa di blog Mintera selanjutnya!
Oleh: Laura Putri Sindangsari
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung, Sobat Kira! Gunakan bahasa yang baik dan bijaklah dalam berkomentar.
Yuk, kirim tulisan kamu ke blog Kita Literasi!